Rabu, 12 Desember 2012


REKOLEKSI DESEMBER 2012

PEMBAHARUAN DIRI

I           IBADAT PEMBUKAAN
KATA PENGANTAR
            Para saudari ytk , selamat datang dan selamat memasuki Minggu Adven yang ketiga. Ini adalah masa khusus dan istimewa bagi kita menyambut datangnya Putra Allah ke dunia ini. Di hadapan kita ada lingkaran atau corona adven.                                                     
Ini menyimbolkan bahwa kita masuk ke dalam momen khusus untuk mempersiapan diri menyambut Sang Almasi. Lingkaran Adven selalu dibuat dari daun-daun  evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya “ever green” - senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen m
elambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.
Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Semoga jiwa kita juga semakin menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus.      
Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”. “Gaudete” adalah bahasa Latin yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
            Para suster yang terkasih untuk mempersiapkan hati kita,marilah kita mohonkan terang Roh kudus agar selama rekoleksi ini kita sungguh – sungguh mampu menghadirkan dan membuka hati untuk menyambut kedatanganNYa. Kita bernyayi:
LAGU ROH KUDUS                       : PS .NO 565
Pendarasan Mazmur Hari yang bersangkutan
BACAAN I                            : Barukh 5: 1-9
LAGU ANTAR BACAAN    :
INJIL                                     : Lukas 3:1-6
RENUNGAN                                    :
MENYONGSONG    DIA
Dalam Luk 3:1-6 dikisahkan bagaimana Yohanes Pembaptis mewartakan baptisan tobat. Petikan Injil ini dibacakan pada hari Minggu Adven II  bersama dengan kitab Barukh 5:1-9 yang menyerukan agar orang menang­galkan pakaian berkabung dan  berbesar hati karena mereka akan dekat kembali dengan Allah. Kedua bacaan ini berusaha meyakinkan orang agar tidak lagi hidup dalam kegelisahan dalam menyongsong kedatangan Tuhan. Bila dalam Minggu Adven I kita diajak melihat kelahiran Yesus di Betlehem dengan teropong kedatangan Anak Manusia di akhir zaman, dalam Minggu Adven II  kita didorong melangkah maju lebih lanjut dengan bantuan Yohanes Pembaptis. Karena perannya sedemikian besar, marilah kita coba lebih mengenalnya.

WARTA         BAPTISAN    TOBAT

Yohanes mewartakan baptisan di seluruh kawasan Yordan sebagai tanda "tobat". Orang yang menerima baptisan ini akan mendapat pengampunan dosa (Luk 3:3). Baptisan yang diwartakan Yohanes ini disebut baptisan tobat (lihat juga Mat 3:2-11; Mrk 1:4-6), artinya baptisan yang menandai tekad untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan. Dalam alam pikiran Kitab Suci, bertobat itu upaya untuk menanggalkan pikiran-pikiran yang mengekang batin dan membiarkan diri dibawa oleh kekuatan Ilahi. Memang untuk bertobat dengan arti ini perlu ada dorongan yang membesarkan hati. Jadi, gagasan utama bertobat tidak sama dengan yang dikenal dalam pembicaraan sehari-hari, yakni kapok dari berbuat dosa dan kesalahan. Bukan itu, meskipun "jauh dari dosa" memang nanti menjadi buah dari tobat yang sungguh. Lalu apa yang pokok? Ya, seperti di atas: membiarkan diri dipimpin Tuhan, tak usah lagi gelisah. Biasanya dalam Kitab Suci tobat terjadi sebagai perubahan dari sikap hidup murung dan rasa terganjal menjadi lega dan leluasa. Itulah yang juga dikemukakan dalam bacaan dari kitab Barukh 5:1-9.
Lukas mengutip Yes 40:3-5.   Tidak dikutip dua ayat sebelumnya yang erat hubungannya, yakni: "Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Tuhan, tenangkan hati Yerusalem ... kesalahannya telah diampuni ...!" Ada tiga catatan.
 (1) Ayat 1-2 itu tidak dikutip Lukas dan sebagai gantinya ia berbicara mengenai Yohanes Pembaptis dalam Luk 3:3: "Lalu datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa". Coba kita jajarkan ayat ini dengan Yes 40:1-2. Akan jelas bahwa Lukas bermaksud mengaktualkan suruhan Tuhan menghibur dalam wujud tindakan Yohanes Pembaptis. Seruan Yohanes mengenai baptis tobat untuk penghapusan dosa mesti dipahami dalam konteks seruan menghibur dalam Yesaya tadi.
 (2) Makna dasar kata-kata Ibrani yang biasa diterjemahkan sebagai "Hiburkanlah umat-Ku!" itu sebenarnya "Ubahlah cara umat-Ku memandang hal-hal!" Akan tetapi, dalam konteks kegelisahan, tentu saja perubahan cara berpikir baru terjadi dengan penghiburan. Gagasan beralih dari sedih ke merasa betul terhibur itulah yang menjadi kenyataan "bertobat".
(3) Perintah menghibur itu difirmankan oleh Tuhan kepada siapa? Kepada para penghuni surga, kepada kekuatan-kekuatan ilahi yang menyertai orang yang percaya. Mendengarkan warta Pembaptis sama dengan membiarkan diri dihibur oleh kekuatan ilahi yang datang dari Tuhan sendiri dan buahnya juga sama: dosa dihapus. Perkara yang mengganjal hubungan Tuhan dengan manusia dilepaskan. Oleh karena itu, dulu umat dapat berjalan terus menuju tanah terjanji, dapat kembali dari pengasingan. Dan kini dengan penghiburan tobat itu orang akan dapat menyongsong kedatangan Penyelamat. Lukas lebih dalam lagi. Yohanes Pembaptis kini digambarkan sebagai yang sedang berseru di padang gurun kepada "rekan-rekan" penghuni surga agar mereka mempersiapkan dan meluruskan jalan bagi Tuhan. Ini cara Lukas mengaktualkan nubuat Yesaya! Itu semua agar orang melihat dengan jelas kedatangan Tuhan yang sebentar lagi di tengah-tengah manusia. Gereja diberkati Tuhan dengan adanya orang-orang yang membaktikan diri bagi hidup rohani. Dalam banyak arti, mereka itu akrab dengan daya-daya ilahi yang ada di atas sana dan yang dapat menolong orang. Dalam ajaran Gereja, daya-daya itu dialami sebagai rahmat. Mereka yang akrab dengan daya-daya ilahi itu da­pat menggapai rahmat untuk menghibur dan mengajak "tobat" umat agar nanti bisa melihat dia yang datang itu. Warta tobat dalam Masa Adven ialah warta yang membawa penghiburan.

WARTA YANG        MENYEGARKAN
Umat diajak agar berani menanggalkan sikap menghukum diri dan membiarkan diri dituntun Allah sendiri agar dekat kepadaNya kembali. Keyakinan ini dihidupi oleh orang-orang saleh menjelang zaman Yesus. Ada gerakan kebatinan yang mengajarkan bahwa Yang Ilahi bukan lagi sebagai yang akan datang menghukum dosa-dosa melainkan sebagai Dia yang akan membawa kembali umatNya ke kebahagiaan bersamaNya. Kehidupan serta tindakan Yohanes Pembaptis menjadi kesaksian akan warta tadi. Ia mengajak orang melihat ke arah lain, ke arah datangNya Dia yang akan mengajar umat merasakan kasihNya. Inilah pertobatan yang diperkenalkan kepada orang-orang pada zamannya. Iman sedalam dan seberani itu mengubah gambaran mengenai Yang Ilahi sendiri. Ia bukan lagi yang jauh, melainkan yang mau mendekat dan peduli akan manusia dengan segala kelemahannya. Ia bukan lagi yang menuntut pertanggungjawaban, melainkan yang datang menguatkan manusia sehingga mampu hidup terus kendati ada kerapuhannya.

DOA PENUTUP        : Bapa yang maha baik, yang kami puji dan kami sembah. Trimakasih       karena Engkau senantiasa menemani kami. Dalam ibadat rekoleksi kami ini, Engkau mengingatkan kami kembali akan martabat kami sebagai manusia yang senatiasa perlu pembaharuan diri. Lewat diri Yohannes pembabtis Engkau menyapa kami dan menyadarkan kami, betapa Engkau mencintai kami, betapa Engkau selalu ingin dekat dengan kami. Maka kami masih mohonkan pendampinganMu ya Bapa selama ibadat Rekoleksi kami ini, kiranya Engkau yang senantiasa hadir dalam hati dan pikiran kami,agar kami mampu menghindarkan godaan – godaan yang menjauhkan kami dari Engkau. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami . Amin
LAGU PENUTUP     :

PERTANYAAN REFLEKSI            :
1.      Apakah kita secara pribadi membuat persiapan khusus yang tentunya spesial untuk menyambut kedatangan Yesus? Apa itu?  //Misalnya semakin mengintesifkan doa dan meditasi? Inilah jalan peting untuk pembaharuan diri dan pembersihan hati.//
2.      Bagaimana kita secara komunitas membuat persiapan khusus pada masa adven ini selain mempersiapkan perayaan dan menghias ? Apa itu ?
3.      Adakah aksi khusus dan nyata yang perlu kita realisasikan dalam persiapan Natal ini? Apa itu ?

v  Hasil refleksi disheringkan dalam kelompok masing-masing juga aksi dilakukan oleh masing-masing kelompok sesuai dengan kesepakatan kelompok. Jika perlu keterlibatan komunitas bisa dibicarakan.
v  Hasil refleksi dipersembahkan pada ibadat penutup selesai doa permohonan bisa dalam bentuk doa atau shering singkat


II          IBADAT SEMBAH SUJUD

            KATA PENGANTAR           :
            Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
Masa Adven memang masa persiapan, yaitu masa-masa untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin agar kelak layak menerima kedatangan Penyelamat Dunia, Pembawa Damai bagi umat manusia di bumi. Kami yakin kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus telah berusaha mempersiapkan diri, paling tidak secara fisik atau material, namun yang pertama-tama dan terutama harus dipersiapkan adalah hal-hal spiritual atau rohani, yang terkait dengan hati, jiwa dan akal budi kita. Bacaan Injil Lukas mengajak kita semua untuk merenungkan seruan Yohanes, bentara kedatangan Penyelamat Dunia, maka marilah kita renungkan dan cecap dalam-dalam seruannya, sebagaimana di kutipkan di bawah ini.
"Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan." (Luk 3:4-6)
Kegiatan mempersiapkan kedatangan Penyelamat Dunia hendaknya dipusatkan pada seruan "Luruskanlah jalan bagi-Nya", jalan yang akan dilewati oleh Tuhan. Seruan ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar kita senantiasa memiliki 'ujud/tujuan lurus' dan tentu saja juga dalam rangka mewujudkan ujud atau tujuan tersebut juga menempuh jalan-jalan lurus alias jalan-jalan yang baik, dengan berperilaku baik, dan berbudi pekerti luhur. Kita semua adalah orang-orang lemah dan rapuh, yang dengan mudah tergoda untuk mengikuti jalan-jalan atau cara-cara yang tidak baik, yang hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Dampak dari itu semua antara lain adalah hidup kita tidak tenang, tidak damai dan tidak tenteram, dan diri kita senantiasa merasa di dalam ancaman.
            Para suster yang terkasih marilah dalam ibadat adorasi ini kita membenamkan hati kita menyatukan hati kita dengan hati Yesus yang akan kita sambut melalui Tabernakel yang di dalamnya Yesus berdiam.

LAGU PEMBUKAAN                                                          :
DOA PEMBUKAAN                                    Tuhan, yang kami Sembah dan kami Puji,kami bersyukur atas perlindungan dan pendampinganMu yang masih dapat kami rasakan.Saat ini,Engkau hadir kembali di tengah  tengah kami,menyapa kami satu persatu sebagai pribadi yang bernilai sama di hadapanMu.Tuhan,bantulah kami di dalam persekutuan denganMu agar kami mampu membuka hati dan pikiran kami hanya kepadaMu saja.Tuhan beri kami kekuatan dan kehendak yang kuat,agar kami mampu melawan yang ingin memisahkan kami dari engkau,demi Kristus tuhan dan pengantara kami.Amin
HENING                                                                                :
DOA SILIH KEPADA SAKRAMEN MAHA KUDUS     :
HENING                                                                                :
DOA PENUTUP                                            Bapa yang maha baik ,Trimakasih Engkau sudi        hadir bersama kami dalam ibadat sembah sujud ini. Trimaksih,karna cintaMu kepada kami,Engkau tidak membiarkan kami menjauh dariMu.Semoga kami semakin rindu berada bersamaMu dan senantiasa mencariMu.Tuhan,berilah kami kekuatan agar kami memelihara hati kami tempat Engkau berdiam.Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.Amin
LAGU PENUTUP                                                                 :
           
III        IBADAT PENUTUP/COMPLETORIUM                  :

IV        IBADAT PAGI                                                                        :

V          KONFRENSI
           
            LAGU PEM   :
DOA PEM      : Tuhan,sudah selayaknya dan sepantasnya kami bersyukur      kepadaMu,karena Engkau memelihara jiwa kami. Engkau masih memberi kami kehidupan dan kesempatan untuk mempersiapkan hati kami menyambut kedatangan putraMu kedunia ini. Tuhan saat ini kami secara khusus mohon berkatMu,kiranya Engkau menganugrahi kami rahmat agar dalam ibadat konfrensi ini ,kami sungguh – sungguh mampu membuka hati kami,semoga melalui moment ini, kami mampu mengambil makna yang dapat kami jadikan modal untuk menyambut kedatanganMu, sehingga kami benar- benar siap akan kunjunganMu “kerumah hati kami”, dan kami dapat bersukacita bersamaMu.Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami .Amin 
            BACAAN       : LUKAS 3:1-6
            RENUNGAN :
           
            Gale adalah salah satu olahragawan profesional yang terkenal di USA (Amerika) sekitar tahun 1960-an. Dia selalu memakai kalung atau lebih tepatnya sebuah medali sebesar koin dengan tulisan “I am the third” saya adalah yang ketiga.  Makna dari ketiga kata ini dilukiskan di salah satu buku terlarisnya yang berkisah tentang sejarah hidupnya. Rupanya usut punya usut, kata yang sangat indah dan bermakna, “I am the third,” awalnya adalah motto dari pelatihnya, Bill Easton. Pelatihnya itu selalu meletakkan kata itu di meja kerjanya.

Pada suatu hari Gale bertanya kepada pelatihnya apa arti dari kalimat, “I am the third.” Pelatihnya mengatakan bahwa Allah adalah yang pertama, teman-teman dan keluarganya adalah yang kedua, dan dia sendiri adalah yang ketiga.

Sejak itu Gale juga membuat kalimat “I am the third” menjadi falsafah hidupnya dan bahkan ia memakainya (mengalungkan). Ia mambawanya ke mana-mana. Gale menjadi olahragawan professional yang sangat terkenal dengan dua alasan : bertalenta, memperoleh banyak kemenangan dan tentu karena dia adalah olahragawan yang religius dan rendah hati. Ia tidak pernah sombong, ia tidak pernah gila hormat. Ia justru semakin rendah hati karena ia menyadari bahwa semua prestasi bukanlah karna kehebatannya semata, namun karena Allah, teman dan keluarga, dan baru karena usahanya sendiri. I am the third. Tentu Gale tidak selalu sukses (juara) namun kata itu mengajarinya untuk selalu siap menerima kegagalan dan mencoba untuk bangkit.

Para saudari, salah satu tokoh sentral selain Yesus dan Bunda Maria ialah Yohanes Pembaptis. Dia adalah figur yang sederhana yang taat. Dia adalah tokoh yang mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus yang kita nanti-nanti. Tekanan utama dari kotbahnya ialah, Bertobatlah dari dosa-dosamu dan berilah dirimu di baptis. Ini mengingatkan kita bahwa pembaharuan diri dan pembersihan hati adalah yang paling utama dalam penantian sang Penebus kita. Dia menekankan bahwa persiapan rohani adalah lebih mendasar daripada persiapan jasmani. 

Karena itu yang paling utama ialah Yesus dan bukan kita. Yang paling hakiki ialah sabda-Nya dan bukan perkataan kita. Dan yang paling mendasar ialah Yesus yang datang mengunjungi hatimu dan dirimu. Dia bukan mau mencek sejauh mana kita mempersiapkan perayaan atau pesta. Itulah pesan penting dari kisah Gale di atas. Yesus adalah yang utama dan pertama dan kita adalah yang ke tiga.

Ini bermuatan kerendahan hati dan menempatkan Dia sebagai yang utama dan pertama. Kalau kita menempatkan Yesus sebagai yang pertama tentu kita akan selalu rendah hati, tidak menyombongkan diri dan tidak mencari kehormatan pribadi. Kita menyadari bahwa apa yang kita peroleh, rejeki, kebahagiaan dan prestasi hidup semata-mata bukan karena kehebatan, kepintaran dan kemampuna kita namun karena Dia sumber segala talenta dan kemampuan, tentu karena mereka yang mendukung dan mendoakan kita. Dengan kaliamat indah itu, “I am the third” kita kita juga diajak untuk selalu berpedoman kepada Allah dalam setiap kisah kasih hidup kita ; suka dan duka, berhasil dan gagal. 
   
Para saudari,  masa adven kini telah berlangsung. Adven berarti kedatangan. Kedatangan Yesus sang Juru Selamat. Adven adalah masa persiapan. Karena itu Adven adalah waktu untuk kita mempersiapkan diri menyambut Dia yang datang dengan penuh kemuliaan

Injil lukas terutama bertujuan menyemangati kita lewat pembaharuan diri dan pembersihan hati. Berjaga dan persiapkanlah dirimu. Ia sedang datang dengan kemuliaan. Ia membawa kepastian, harapan, kegembiraan. Ia datang membawa damai dan menegakkan keadilan. Missi-Nya ialah menyelamatkan dan membebaskan. Kita diajak untuk berjaga maksudnya hindarilah hal-hal yang membuat dirimu mabuk dengan kehidupan, lupa dengan dirimu dan lalai dengan tugas utamamu.

Beberapa tahun yang silam ada kisah nyata yang indah bagaimana seorang aktor Hollywood mempersiapakan diri menyambut akhir hidupnya. Dokter pribadinya mengatakan bahwa ia mengalami suatu penyakit misteri yang bisa merenggut nyawanya dalam hitungan jam.  Kami harus mengoperasimu dalam 36 jam ini dan kita melihat apakah ada peluangmu untuk bertahan hidup.  Aktor yang selama ini tidak pernah peduli akan iman dan hal rohani karena barangkali pengaruh kesibukan. Ia juga tidak pernah berdoa barangkali pengaruh dunia sekuler.

Tiba-tiba terjadi perubahan ajaib. Dia mengatakan, “Saya lebih banyak belajar tentang diriku dalam kurun waktu 36 jam ini dari pada 36 tahun sudah hidupku. Saya mengalami suatu suka cita yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Saya semakin menikmati doa harian. Doa itulah yang menguatkan saya untuk mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan hidup atau mati. Dan ketika saat saat terakhir hidupku, saya bahkan bersuka cita menyambutNya. Itulah buah doaku yang memampukan saya mempersiapkan segala sesuatu.

Para suster ytk,berjaga maksudnya berilah masa khusus untuk hatimu sehingga kamu siap menyambut Dia yang akan datang. Berjaga tekanannya janganlah kamu sibuk dengan hal yang tidak perlu dan bahkan bisa menutup hatimu untuk kehadiran-Nya. Berjaga muatannya, berdoalah, tetap kuat dalam iman dan harapan, dan semakin intens dalam hal rohani.

Karena itu salah satu cara terbaik untuk mempersiapkan diri menyambut Dia ialah doa. Doa akan memampukanmu membuka hati. Doa akan mengajakmu tetap siap sedia dan setia dalam iman, harap dan kasih. Doa yang memberimu daya untuk tetap berada dalam rangkulan kasih-Nya. Doa adalah dasar utama untuk berjaga. Ingatlah pengalaman aktor Hollywood dalam kisah di awal tadi. Doa yang mengubah hidupnya. Doa memberinya daya untuk mempersiapkan diri menyambut segala kemungkinan dalam hidupnya. Doa yang menguatkan dia menyambut kematian.  Karena itu dia tidak takut bahkan bersuka cita.
Amin
Selamat hari Minggu, selamat memasuki hatimu dan mempersiapkan diri menyambut kelahirdan Yesus.

LAGU PENUTUP     :

VI        IBADAT PENUTUPAN

            KATA PENGANTAR           :
            Para suster yang terkasih mulai kemarin sore kita telah merenungkan sejauh mana kita telah mempersiapkan hati kita untuk menyongsong datangnya sang Almasih ke dunia ini. Persiapan kita untuk menyambut kedatangan Tuhan, pertama-tama dan terutama adalah persiapan rohani, yakni membersihkan hati dan menata hidup kita. Inilah yang oleh St. Yohanes disampaikan dengan ajakan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis!” (Luk 3:3).
Marilah pada saat ini kita menghadirkan diri kita dan kita mulai ibadat penutupan rekoleksi dengan bernyayi

LAGU PEMBUKAAN                      :
PENDARASAN KE -3 MAZMUR  :
BACAA I                                           : Bar 5:1-9
BACAAN II                                       : Flp 1:4-6.8-1
NYANYIAN ANTAR BACAAN    :
BACAAN INJIL                                : Lukas 3:1-6
RENUNGAN                                     :          
Salah satu hal yang biasanya kita lakukan ketika akan menerima kunjungan dari Dewan Pimpinan, misalnya dalam rangka visitasi, adalah bersih-bersih. Paling tidak, kita akan membersihkan kompleks pekarangan, serta tentu saja kamar dan kamar mandi yang akan dipakai oleh Pimpinan. Beberapa ruangan juga akan kita tata dan kita hias sedemikian rupa sehingga tampak rapi, bersih dan indah.

Sebentar lagi kita akan merayakan Natal, yakni perayaan kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Kita akan menerima kehadiran Tuhan, yang tentu saja jauh lebih Agung dibandingkan dengan Pimpinan. Maka, kalau menerima kunjungan Pimpinan saja kita bersih-bersih dan tata-tata,sana sini  maka hal ini juga harus kita lakukan untuk menyambut kedatangan Tuhan. Bahkan, kita harus melakukannya lebih sungguh-sungguh karena yang akan kita sambut kedatangan-Nya adalah Tuhan sendiri.

Persiapan kita untuk menyambut kedatangan Tuhan, pertama-tama dan terutama adalah persiapan rohani, yakni membersihkan hati dan menata hidup kita. Inilah yang oleh St. Yohanes disampaikan dengan ajakan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis!” (Luk 3:3). Dalam konteks pada masa itu, pembaptiskan dikaitkan dengan ritus pentahiran. Melalui baptis, seseorang dibasuh dan dibersihkan dari dosa-dosanya untuk kemudian membuka lembaran hidup yang baru, yakni hidup sebagai anak-anak Allah. Dalam konteks kita saat ini, kita semua sudah dibaptis dan sudah menjadi anak-anak Allah. Namun, kita menyadari bahwa meskipun kita sudah dibasuh dan dibersihkan dari dosa, kita masih sering melakukan dosa. Meskipun kita sudah diangkat menjadi anak Allah, sering/kadang kita meninggalkan Allah seperti anak yang hilang (Luk 15:11-32) atau domba yang tersesat (Luk 15:1-7). Dengan demikian, ajakan St. Yohanes untuk bertobat ini selalu relevan untuk kita.

Bertobat bukan sekedar kapok untuk berbuat dosa dan kesalahan, apalagi kalau alasannya hanya karena takut dihukum Tuhan. Memang, membersihkan diri dari dosa dan berusaha menghindari dosa merupakan salah satu aspek dari pertobatan. Akan tetapi, aspek terdalam dari pertobatan adalah berbalik kembali kepada Allah yang telah kita tinggalkan seperti kembalinya si anak hilang (Luk 15:11-32) dan membiarkan diri ditemukan oleh Tuhan serta dituntun-Nya kembali ke jalan yang benar seperti domba sesat yang ditemukan dan dipanggul-Nya untuk disatukan kembali dengan kawanan (Luk 15:1-7).

Usaha pertobatan tersebut dapat kita lakukan dengan mengikuti ajakan St. Yohanes: “Siapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya, setiap lembah akan ditimbun, setiap gunung dan bukit akan diratakan. Yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan” (Luk 3:4-5). Mengapa sebagai bentuk pertobatan kita harus menyiapkan jalan bagi Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya? Ya, seperti yang dinyatakan di atas, bertobat berarti berjalan bersama Tuhan dan membiarkan diri dibimbing oleh-Nya (Sebaliknya, berdosa berarti berjalan bersama setan dan membiarkan diri dibimbing oleh setan). Dari pihak Tuhan sudah jelas, Ia telah membuka jalan bagi kita; Ia telah berkenan mendatangi kita. Sekarang, tinggal kita-nya. Supaya kita bisa berjumpa dengan Tuhan dan berjalan bersama-Nya, atau lebih tepat-Nya dibimbing oleh-Nya, kita harus mempersiapkan dan meluruskan jalan itu. Kalau selama ini jalan kita berliku-liku karena membuat banyak belokan dan menyimpang dari jalan Tuhan, mari kita luruskan dengan kembali ke jalan Tuhan. Kalau sikap dan tutur kata kita sering menyakitkan sehingga menjadi batu sandungan bagi orang lain, mari kita ratakan dengan lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata.

Selain itu, pertobatan sebagai hidup bersama Tuhan dan membiarkan diri dibimbing oleh Tuhan, juga tampak dalam sikap dan usaha untuk bertekun megembangkan cinta kasih, cakap memilih apa yang baik, mengusahakan kekudusan, dan menghasilkan buah kebenaran (bdk. Fil 1:9-11). Dengan demikian, pertobatan bukan sekedar perubahan pikiran tetapi menuntut pula usaha yang nyata. Cinta kasih, jelas tidak cukup hanya dikatakan tetapi harus diwujudkan dalam tindakan memberi dan rela berkorban seperti yang dilakukan Allah sendiri. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).

Memilih apa yang baik juga merupakan tindakan konkret. Kita seringkali berhadapan dengan banyak pilihan yang tidak semuanya baik. Seringkali pilihan-pilihan yang tidak baik itu justru tampaknya lebih menarik, menggoda dan menggiurkan. Kalau kita membiarkan diri dibimbing oleh Tuhan, tentu kita akan memilih hanya yang baik dan mewujudkannya secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk selalu memilih dan melakukan yang baik ini akan membawa kita pada kesucian hidup dan pada akhirnya kita akan menghasilkan dan menikmati buah kebenaran. Nah, apakah buah dari kebenaran itu? Buah dari kebenaran adalah damai sejahtera (Bar 5:4).

Semoga, dengan usaha-usaha pertobatan yang konkret ini, hidup kita menjadi semakin bersih dan tertata, jalan hidup kita menjadi semakin rata dan lurus sehingga semakin pantas merayakan Natal. Dengan demikian, Natal yang merupakan peristiwa iman di mana Tuhan berkenan “menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14) sungguh-sungguh berbuah dalam kehidupan kita. Kita semakin dekat berjalan bersama Tuhan (bukan bersama setan) dan kita semakin membiarkan diri dibimbing oleh Tuhan (bukan oleh setan) sehingga mengalami damai sejahtera. Damai sejehtera dalam relasi dengan sesama sekaligus damai sejahtera dalam relasi kita dengan Tuhan.

DOA PERMOHONAN         : Dari Ovisi

MEMPERSEMBAHKAN WUJUD TIAP KELOMPOK KE DEPAN/TEMPAT YANG TELAH DISEDIAKAN

DOA BAPA KAMI               : NO 9
LAGU PENUTUP                 :
LITANI SANTO YOSEF      :



JADWAL REKOLEKSI  KOM.SPM P.MERAH DESEMBER 2012
                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar