REKOLEKSI
DESEMBER 2012
PEMBAHARUAN
DIRI
I IBADAT PEMBUKAAN
KATA PENGANTAR
Para saudari ytk , selamat datang
dan selamat memasuki Minggu Adven yang ketiga. Ini adalah masa khusus dan
istimewa bagi kita menyambut datangnya Putra Allah ke dunia ini. Di hadapan
kita ada lingkaran atau corona adven.
Ini
menyimbolkan bahwa kita masuk ke dalam momen khusus untuk mempersiapan diri
menyambut Sang Almasi. Lingkaran Adven selalu dibuat dari
daun-daun evergreen. Dahan-dahan
evergreen, sama seperti namanya “ever green” - senantiasa hijau, senantiasa
hidup. Evergreen m
elambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk
selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke
dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul
di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri merah. Buah-buah
itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang dicurahkan oleh Kristus
demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke
dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena
Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.
Empat batang
lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang
lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam
Masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam
bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan
datangnya Sang Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan
tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang
lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai
dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Adven setiap minggu
dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa
kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Semoga jiwa kita juga semakin
menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus.
Warna-warni keempat lilin juga
memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu
mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita
untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari
Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”. “Gaudete” adalah bahasa Latin
yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan
karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan
warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada
Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi
dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada
Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - masa
persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
Para
suster yang terkasih untuk mempersiapkan hati kita,marilah kita mohonkan terang
Roh kudus agar selama rekoleksi ini kita sungguh – sungguh mampu menghadirkan
dan membuka hati untuk menyambut kedatanganNYa. Kita bernyayi:
LAGU ROH KUDUS :
PS .NO 565
Pendarasan Mazmur Hari
yang bersangkutan
BACAAN I :
Barukh 5: 1-9
LAGU ANTAR BACAAN :
INJIL :
Lukas 3:1-6
RENUNGAN :
MENYONGSONG DIA
Dalam Luk 3:1-6 dikisahkan bagaimana Yohanes Pembaptis mewartakan baptisan tobat. Petikan Injil ini dibacakan pada hari Minggu Adven II bersama dengan kitab Barukh 5:1-9 yang menyerukan agar orang menanggalkan pakaian berkabung dan berbesar hati karena mereka akan dekat kembali dengan Allah. Kedua bacaan ini berusaha meyakinkan orang agar tidak lagi hidup dalam kegelisahan dalam menyongsong kedatangan Tuhan. Bila dalam Minggu Adven I kita diajak melihat kelahiran Yesus di Betlehem dengan teropong kedatangan Anak Manusia di akhir zaman, dalam Minggu Adven II kita didorong melangkah maju lebih lanjut dengan bantuan Yohanes Pembaptis. Karena perannya sedemikian besar, marilah kita coba lebih mengenalnya.
Dalam Luk 3:1-6 dikisahkan bagaimana Yohanes Pembaptis mewartakan baptisan tobat. Petikan Injil ini dibacakan pada hari Minggu Adven II bersama dengan kitab Barukh 5:1-9 yang menyerukan agar orang menanggalkan pakaian berkabung dan berbesar hati karena mereka akan dekat kembali dengan Allah. Kedua bacaan ini berusaha meyakinkan orang agar tidak lagi hidup dalam kegelisahan dalam menyongsong kedatangan Tuhan. Bila dalam Minggu Adven I kita diajak melihat kelahiran Yesus di Betlehem dengan teropong kedatangan Anak Manusia di akhir zaman, dalam Minggu Adven II kita didorong melangkah maju lebih lanjut dengan bantuan Yohanes Pembaptis. Karena perannya sedemikian besar, marilah kita coba lebih mengenalnya.
WARTA BAPTISAN TOBAT
Yohanes mewartakan baptisan di seluruh kawasan Yordan sebagai tanda "tobat". Orang yang menerima baptisan ini akan mendapat pengampunan dosa (Luk 3:3). Baptisan yang diwartakan Yohanes ini disebut baptisan tobat (lihat juga Mat 3:2-11; Mrk 1:4-6), artinya baptisan yang menandai tekad untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan. Dalam alam pikiran Kitab Suci, bertobat itu upaya untuk menanggalkan pikiran-pikiran yang mengekang batin dan membiarkan diri dibawa oleh kekuatan Ilahi. Memang untuk bertobat dengan arti ini perlu ada dorongan yang membesarkan hati. Jadi, gagasan utama bertobat tidak sama dengan yang dikenal dalam pembicaraan sehari-hari, yakni kapok dari berbuat dosa dan kesalahan. Bukan itu, meskipun "jauh dari dosa" memang nanti menjadi buah dari tobat yang sungguh. Lalu apa yang pokok? Ya, seperti di atas: membiarkan diri dipimpin Tuhan, tak usah lagi gelisah. Biasanya dalam Kitab Suci tobat terjadi sebagai perubahan dari sikap hidup murung dan rasa terganjal menjadi lega dan leluasa. Itulah yang juga dikemukakan dalam bacaan dari kitab Barukh 5:1-9.
Yohanes mewartakan baptisan di seluruh kawasan Yordan sebagai tanda "tobat". Orang yang menerima baptisan ini akan mendapat pengampunan dosa (Luk 3:3). Baptisan yang diwartakan Yohanes ini disebut baptisan tobat (lihat juga Mat 3:2-11; Mrk 1:4-6), artinya baptisan yang menandai tekad untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan. Dalam alam pikiran Kitab Suci, bertobat itu upaya untuk menanggalkan pikiran-pikiran yang mengekang batin dan membiarkan diri dibawa oleh kekuatan Ilahi. Memang untuk bertobat dengan arti ini perlu ada dorongan yang membesarkan hati. Jadi, gagasan utama bertobat tidak sama dengan yang dikenal dalam pembicaraan sehari-hari, yakni kapok dari berbuat dosa dan kesalahan. Bukan itu, meskipun "jauh dari dosa" memang nanti menjadi buah dari tobat yang sungguh. Lalu apa yang pokok? Ya, seperti di atas: membiarkan diri dipimpin Tuhan, tak usah lagi gelisah. Biasanya dalam Kitab Suci tobat terjadi sebagai perubahan dari sikap hidup murung dan rasa terganjal menjadi lega dan leluasa. Itulah yang juga dikemukakan dalam bacaan dari kitab Barukh 5:1-9.
Lukas
mengutip Yes 40:3-5. Tidak dikutip dua
ayat sebelumnya yang erat hubungannya, yakni: "Hiburkanlah, hiburkanlah
umat-Ku, demikian firman Tuhan, tenangkan hati Yerusalem ... kesalahannya telah
diampuni ...!" Ada tiga catatan.
(1) Ayat 1-2 itu tidak dikutip Lukas dan
sebagai gantinya ia berbicara mengenai Yohanes Pembaptis dalam Luk 3:3:
"Lalu datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan memberitakan baptisan
tobat untuk pengampunan dosa". Coba kita jajarkan ayat ini dengan Yes
40:1-2. Akan jelas bahwa Lukas bermaksud mengaktualkan suruhan Tuhan menghibur dalam
wujud tindakan Yohanes Pembaptis. Seruan Yohanes mengenai baptis tobat untuk
penghapusan dosa mesti dipahami dalam konteks seruan menghibur dalam Yesaya
tadi.
(2) Makna dasar kata-kata Ibrani yang biasa
diterjemahkan sebagai "Hiburkanlah umat-Ku!" itu sebenarnya
"Ubahlah cara umat-Ku memandang hal-hal!" Akan tetapi, dalam konteks
kegelisahan, tentu saja perubahan cara berpikir baru terjadi dengan
penghiburan. Gagasan beralih dari sedih ke merasa betul terhibur itulah yang
menjadi kenyataan "bertobat".
(3)
Perintah menghibur itu difirmankan oleh Tuhan kepada siapa? Kepada para
penghuni surga, kepada kekuatan-kekuatan ilahi yang menyertai orang yang
percaya. Mendengarkan warta Pembaptis sama dengan membiarkan diri dihibur oleh
kekuatan ilahi yang datang dari Tuhan sendiri dan buahnya juga sama: dosa
dihapus. Perkara yang mengganjal hubungan Tuhan dengan manusia dilepaskan. Oleh
karena itu, dulu umat dapat berjalan terus menuju tanah terjanji, dapat kembali
dari pengasingan. Dan kini dengan penghiburan tobat itu orang akan dapat
menyongsong kedatangan Penyelamat. Lukas lebih dalam lagi. Yohanes Pembaptis
kini digambarkan sebagai yang sedang berseru di padang gurun kepada
"rekan-rekan" penghuni surga agar mereka mempersiapkan dan meluruskan
jalan bagi Tuhan. Ini cara Lukas mengaktualkan nubuat Yesaya! Itu semua agar
orang melihat dengan jelas kedatangan Tuhan yang sebentar lagi di tengah-tengah
manusia. Gereja diberkati Tuhan dengan adanya orang-orang yang membaktikan diri
bagi hidup rohani. Dalam banyak arti, mereka itu akrab dengan daya-daya ilahi
yang ada di atas sana dan yang dapat menolong orang. Dalam ajaran Gereja,
daya-daya itu dialami sebagai rahmat. Mereka yang akrab dengan daya-daya ilahi
itu dapat menggapai rahmat untuk menghibur dan mengajak "tobat" umat
agar nanti bisa melihat dia yang datang itu. Warta tobat dalam Masa Adven ialah
warta yang membawa penghiburan.
WARTA
YANG MENYEGARKAN
Umat diajak agar berani menanggalkan sikap menghukum diri dan membiarkan diri dituntun Allah sendiri agar dekat kepadaNya kembali. Keyakinan ini dihidupi oleh orang-orang saleh menjelang zaman Yesus. Ada gerakan kebatinan yang mengajarkan bahwa Yang Ilahi bukan lagi sebagai yang akan datang menghukum dosa-dosa melainkan sebagai Dia yang akan membawa kembali umatNya ke kebahagiaan bersamaNya. Kehidupan serta tindakan Yohanes Pembaptis menjadi kesaksian akan warta tadi. Ia mengajak orang melihat ke arah lain, ke arah datangNya Dia yang akan mengajar umat merasakan kasihNya. Inilah pertobatan yang diperkenalkan kepada orang-orang pada zamannya. Iman sedalam dan seberani itu mengubah gambaran mengenai Yang Ilahi sendiri. Ia bukan lagi yang jauh, melainkan yang mau mendekat dan peduli akan manusia dengan segala kelemahannya. Ia bukan lagi yang menuntut pertanggungjawaban, melainkan yang datang menguatkan manusia sehingga mampu hidup terus kendati ada kerapuhannya.
Umat diajak agar berani menanggalkan sikap menghukum diri dan membiarkan diri dituntun Allah sendiri agar dekat kepadaNya kembali. Keyakinan ini dihidupi oleh orang-orang saleh menjelang zaman Yesus. Ada gerakan kebatinan yang mengajarkan bahwa Yang Ilahi bukan lagi sebagai yang akan datang menghukum dosa-dosa melainkan sebagai Dia yang akan membawa kembali umatNya ke kebahagiaan bersamaNya. Kehidupan serta tindakan Yohanes Pembaptis menjadi kesaksian akan warta tadi. Ia mengajak orang melihat ke arah lain, ke arah datangNya Dia yang akan mengajar umat merasakan kasihNya. Inilah pertobatan yang diperkenalkan kepada orang-orang pada zamannya. Iman sedalam dan seberani itu mengubah gambaran mengenai Yang Ilahi sendiri. Ia bukan lagi yang jauh, melainkan yang mau mendekat dan peduli akan manusia dengan segala kelemahannya. Ia bukan lagi yang menuntut pertanggungjawaban, melainkan yang datang menguatkan manusia sehingga mampu hidup terus kendati ada kerapuhannya.
DOA PENUTUP : Bapa yang maha baik, yang kami puji dan kami sembah.
Trimakasih karena Engkau senantiasa
menemani kami. Dalam ibadat rekoleksi kami ini, Engkau mengingatkan kami
kembali akan martabat kami sebagai manusia yang senatiasa perlu pembaharuan
diri. Lewat diri Yohannes pembabtis Engkau menyapa kami dan menyadarkan kami,
betapa Engkau mencintai kami, betapa Engkau selalu ingin dekat dengan kami.
Maka kami masih mohonkan pendampinganMu ya Bapa selama ibadat Rekoleksi kami
ini, kiranya Engkau yang senantiasa hadir dalam hati dan pikiran kami,agar kami
mampu menghindarkan godaan – godaan yang menjauhkan kami dari Engkau. Demi
Kristus Tuhan dan pengantara kami . Amin
LAGU
PENUTUP :
PERTANYAAN
REFLEKSI :
1. Apakah kita secara pribadi membuat persiapan
khusus yang tentunya spesial untuk menyambut kedatangan Yesus? Apa itu? //Misalnya semakin mengintesifkan doa dan
meditasi? Inilah jalan peting untuk pembaharuan diri dan pembersihan hati.//
2. Bagaimana kita secara komunitas membuat
persiapan khusus pada masa adven ini selain mempersiapkan perayaan dan menghias
? Apa itu ?
3. Adakah aksi khusus dan nyata yang perlu kita
realisasikan dalam persiapan Natal ini? Apa itu ?
v Hasil refleksi disheringkan dalam kelompok
masing-masing juga aksi dilakukan oleh masing-masing kelompok sesuai dengan
kesepakatan kelompok. Jika perlu keterlibatan komunitas bisa dibicarakan.
v Hasil refleksi dipersembahkan pada ibadat
penutup selesai doa permohonan bisa dalam bentuk doa atau shering singkat
II IBADAT SEMBAH SUJUD
KATA PENGANTAR :
Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan
bagi-Nya."
Masa Adven memang masa persiapan,
yaitu masa-masa untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin agar kelak layak
menerima kedatangan Penyelamat Dunia, Pembawa Damai bagi umat manusia di bumi.
Kami yakin kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus telah berusaha
mempersiapkan diri, paling tidak secara fisik atau material, namun yang
pertama-tama dan terutama harus dipersiapkan adalah hal-hal spiritual atau
rohani, yang terkait dengan hati, jiwa dan akal budi kita. Bacaan Injil Lukas mengajak
kita semua untuk merenungkan seruan Yohanes, bentara kedatangan Penyelamat
Dunia, maka marilah kita renungkan dan cecap dalam-dalam seruannya, sebagaimana
di kutipkan di bawah ini.
"Bertobatlah dan berilah
dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam
kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun:
Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan
ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan
diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat
keselamatan yang dari Tuhan." (Luk 3:4-6)
Kegiatan mempersiapkan kedatangan
Penyelamat Dunia hendaknya dipusatkan pada seruan "Luruskanlah jalan
bagi-Nya", jalan yang akan dilewati oleh Tuhan. Seruan ini mengajak
dan mengingatkan kita semua agar kita senantiasa memiliki 'ujud/tujuan lurus'
dan tentu saja juga dalam rangka mewujudkan ujud atau tujuan tersebut juga
menempuh jalan-jalan lurus alias jalan-jalan yang baik, dengan berperilaku
baik, dan berbudi pekerti luhur. Kita semua adalah orang-orang lemah dan rapuh,
yang dengan mudah tergoda untuk mengikuti jalan-jalan atau cara-cara yang tidak
baik, yang hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Dampak dari itu semua
antara lain adalah hidup kita tidak tenang, tidak damai dan tidak tenteram, dan
diri kita senantiasa merasa di dalam ancaman.
Para
suster yang terkasih marilah dalam ibadat adorasi ini kita membenamkan hati
kita menyatukan hati kita dengan hati Yesus yang akan kita sambut melalui Tabernakel
yang di dalamnya Yesus berdiam.
LAGU PEMBUKAAN :
DOA
PEMBUKAAN Tuhan,
yang kami Sembah dan kami Puji,kami bersyukur atas perlindungan dan
pendampinganMu yang masih dapat kami rasakan.Saat ini,Engkau hadir kembali di
tengah tengah kami,menyapa kami satu
persatu sebagai pribadi yang bernilai sama di hadapanMu.Tuhan,bantulah kami di
dalam persekutuan denganMu agar kami mampu membuka hati dan pikiran kami hanya
kepadaMu saja.Tuhan beri kami kekuatan dan kehendak yang kuat,agar kami mampu
melawan yang ingin memisahkan kami dari engkau,demi Kristus tuhan dan
pengantara kami.Amin
HENING :
DOA SILIH KEPADA SAKRAMEN MAHA KUDUS :
HENING :
DOA
PENUTUP Bapa
yang maha baik ,Trimakasih Engkau sudi
hadir bersama kami dalam ibadat sembah sujud ini. Trimaksih,karna
cintaMu kepada kami,Engkau tidak membiarkan kami menjauh dariMu.Semoga kami
semakin rindu berada bersamaMu dan senantiasa mencariMu.Tuhan,berilah kami
kekuatan agar kami memelihara hati kami tempat Engkau berdiam.Demi Kristus
Tuhan dan pengantara kami.Amin
LAGU PENUTUP :
III IBADAT PENUTUP/COMPLETORIUM :
IV IBADAT PAGI :
V KONFRENSI
LAGU PEM :
DOA
PEM : Tuhan,sudah selayaknya dan
sepantasnya kami bersyukur
kepadaMu,karena Engkau memelihara jiwa kami. Engkau masih memberi kami
kehidupan dan kesempatan untuk mempersiapkan hati kami menyambut kedatangan
putraMu kedunia ini. Tuhan saat ini kami secara khusus mohon berkatMu,kiranya
Engkau menganugrahi kami rahmat agar dalam ibadat konfrensi ini ,kami sungguh –
sungguh mampu membuka hati kami,semoga melalui moment ini, kami mampu mengambil
makna yang dapat kami jadikan modal untuk menyambut kedatanganMu, sehingga kami
benar- benar siap akan kunjunganMu “kerumah hati kami”, dan kami dapat
bersukacita bersamaMu.Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami .Amin
BACAAN : LUKAS
3:1-6
RENUNGAN :
Gale adalah salah satu olahragawan
profesional yang terkenal di USA (Amerika) sekitar tahun 1960-an. Dia selalu memakai
kalung atau lebih tepatnya sebuah medali sebesar koin dengan tulisan “I am the
third” saya adalah yang ketiga. Makna
dari ketiga kata ini dilukiskan di salah satu buku terlarisnya yang berkisah
tentang sejarah hidupnya. Rupanya usut punya usut, kata yang sangat indah dan
bermakna, “I am the third,” awalnya adalah motto dari pelatihnya, Bill Easton.
Pelatihnya itu selalu meletakkan kata itu di meja kerjanya.
Pada
suatu hari Gale bertanya kepada pelatihnya apa arti dari kalimat, “I am the
third.” Pelatihnya mengatakan bahwa Allah adalah yang pertama, teman-teman dan
keluarganya adalah yang kedua, dan dia sendiri adalah yang ketiga.
Sejak
itu Gale juga membuat kalimat “I am the third” menjadi falsafah hidupnya dan bahkan
ia memakainya (mengalungkan). Ia mambawanya ke mana-mana. Gale menjadi
olahragawan professional yang sangat terkenal dengan dua alasan : bertalenta,
memperoleh banyak kemenangan dan tentu karena dia adalah olahragawan yang
religius dan rendah hati. Ia tidak pernah sombong, ia tidak pernah gila hormat.
Ia justru semakin rendah hati karena ia menyadari bahwa semua prestasi bukanlah
karna kehebatannya semata, namun karena Allah, teman dan keluarga, dan baru
karena usahanya sendiri. I am the third. Tentu Gale tidak selalu sukses (juara)
namun kata itu mengajarinya untuk selalu siap menerima kegagalan dan mencoba
untuk bangkit.
Para
saudari, salah satu tokoh sentral selain Yesus dan Bunda Maria ialah Yohanes
Pembaptis. Dia adalah figur yang sederhana yang taat. Dia adalah tokoh yang
mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus yang kita nanti-nanti. Tekanan utama
dari kotbahnya ialah, Bertobatlah dari dosa-dosamu dan berilah dirimu di
baptis. Ini mengingatkan kita bahwa pembaharuan diri dan pembersihan hati adalah
yang paling utama dalam penantian sang Penebus kita. Dia menekankan bahwa
persiapan rohani adalah lebih mendasar daripada persiapan jasmani.
Karena
itu yang paling utama ialah Yesus dan bukan kita. Yang paling hakiki ialah
sabda-Nya dan bukan perkataan kita. Dan yang paling mendasar ialah Yesus yang
datang mengunjungi hatimu dan dirimu. Dia bukan mau mencek sejauh mana kita
mempersiapkan perayaan atau pesta. Itulah pesan penting dari kisah Gale di
atas. Yesus adalah yang utama dan pertama dan kita adalah yang ke tiga.
Ini
bermuatan kerendahan hati dan menempatkan Dia sebagai yang utama dan pertama. Kalau
kita menempatkan Yesus sebagai yang pertama tentu kita akan selalu rendah hati,
tidak menyombongkan diri dan tidak mencari kehormatan pribadi. Kita menyadari
bahwa apa yang kita peroleh, rejeki, kebahagiaan dan prestasi hidup semata-mata
bukan karena kehebatan, kepintaran dan kemampuna kita namun karena Dia sumber
segala talenta dan kemampuan, tentu karena mereka yang mendukung dan mendoakan
kita. Dengan kaliamat indah itu, “I am the third” kita kita juga diajak untuk
selalu berpedoman kepada Allah dalam setiap kisah kasih hidup kita ; suka dan
duka, berhasil dan gagal.
Para saudari,
masa adven kini telah berlangsung. Adven berarti kedatangan. Kedatangan
Yesus sang Juru Selamat. Adven adalah masa persiapan. Karena itu Adven adalah
waktu untuk kita mempersiapkan diri menyambut Dia yang datang dengan penuh
kemuliaan
Injil lukas terutama bertujuan menyemangati
kita lewat pembaharuan diri dan pembersihan hati. Berjaga dan persiapkanlah
dirimu. Ia sedang datang dengan kemuliaan. Ia membawa kepastian, harapan,
kegembiraan. Ia datang membawa damai dan menegakkan keadilan. Missi-Nya ialah
menyelamatkan dan membebaskan. Kita diajak untuk berjaga maksudnya hindarilah
hal-hal yang membuat dirimu mabuk dengan kehidupan, lupa dengan dirimu dan
lalai dengan tugas utamamu.
Beberapa tahun yang silam ada kisah nyata
yang indah bagaimana seorang aktor Hollywood mempersiapakan diri menyambut
akhir hidupnya. Dokter pribadinya mengatakan bahwa ia mengalami suatu penyakit
misteri yang bisa merenggut nyawanya dalam hitungan jam. Kami harus mengoperasimu dalam 36 jam ini dan
kita melihat apakah ada peluangmu untuk bertahan hidup. Aktor yang selama ini tidak pernah peduli
akan iman dan hal rohani karena barangkali pengaruh kesibukan. Ia juga tidak
pernah berdoa barangkali pengaruh dunia sekuler.
Tiba-tiba terjadi perubahan ajaib. Dia mengatakan,
“Saya lebih banyak belajar tentang diriku dalam kurun waktu 36 jam ini dari pada
36 tahun sudah hidupku. Saya mengalami suatu suka cita yang tidak pernah saya
alami sebelumnya. Saya semakin menikmati doa harian. Doa itulah yang menguatkan
saya untuk mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan hidup atau mati.
Dan ketika saat saat terakhir hidupku, saya bahkan bersuka cita menyambutNya.
Itulah buah doaku yang memampukan saya mempersiapkan segala sesuatu.
Para suster ytk,berjaga maksudnya berilah
masa khusus untuk hatimu sehingga kamu siap menyambut Dia yang akan datang.
Berjaga tekanannya janganlah kamu sibuk dengan hal yang tidak perlu dan bahkan
bisa menutup hatimu untuk kehadiran-Nya. Berjaga muatannya, berdoalah, tetap
kuat dalam iman dan harapan, dan semakin intens dalam hal rohani.
Karena itu salah satu cara terbaik untuk
mempersiapkan diri menyambut Dia ialah doa. Doa akan memampukanmu membuka hati.
Doa akan mengajakmu tetap siap sedia dan setia dalam iman, harap dan kasih. Doa
yang memberimu daya untuk tetap berada dalam rangkulan kasih-Nya. Doa adalah
dasar utama untuk berjaga. Ingatlah pengalaman aktor Hollywood dalam kisah di
awal tadi. Doa yang mengubah hidupnya. Doa memberinya daya untuk mempersiapkan
diri menyambut segala kemungkinan dalam hidupnya. Doa yang menguatkan dia
menyambut kematian. Karena itu dia tidak
takut bahkan bersuka cita.
Amin
Selamat hari Minggu, selamat memasuki hatimu dan mempersiapkan diri
menyambut kelahirdan Yesus.
LAGU PENUTUP :
VI IBADAT PENUTUPAN
KATA PENGANTAR :
Para suster yang terkasih mulai
kemarin sore kita telah merenungkan sejauh mana kita telah mempersiapkan hati
kita untuk menyongsong datangnya sang Almasih ke dunia ini. Persiapan kita
untuk menyambut kedatangan Tuhan, pertama-tama dan terutama adalah persiapan
rohani, yakni membersihkan hati dan menata hidup kita. Inilah yang oleh St.
Yohanes disampaikan dengan ajakan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis!”
(Luk 3:3).
Marilah pada saat ini
kita menghadirkan diri kita dan kita mulai ibadat penutupan rekoleksi dengan
bernyayi
LAGU PEMBUKAAN :
PENDARASAN KE -3 MAZMUR :
BACAA I : Bar
5:1-9
BACAAN II : Flp
1:4-6.8-1
NYANYIAN ANTAR BACAAN :
BACAAN INJIL : Lukas 3:1-6
RENUNGAN :
Salah satu hal yang biasanya kita
lakukan ketika akan menerima kunjungan dari Dewan Pimpinan, misalnya dalam
rangka visitasi, adalah bersih-bersih. Paling tidak, kita akan membersihkan
kompleks pekarangan, serta tentu saja kamar dan kamar mandi yang akan dipakai
oleh Pimpinan. Beberapa ruangan juga akan kita tata dan kita hias sedemikian rupa
sehingga tampak rapi, bersih dan indah.
Sebentar lagi kita akan merayakan
Natal, yakni perayaan kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Kita akan menerima
kehadiran Tuhan, yang tentu saja jauh lebih Agung dibandingkan dengan Pimpinan.
Maka, kalau menerima kunjungan Pimpinan saja kita bersih-bersih dan tata-tata,sana sini maka hal ini juga harus kita lakukan untuk
menyambut kedatangan Tuhan. Bahkan, kita harus melakukannya lebih
sungguh-sungguh karena yang akan kita sambut kedatangan-Nya adalah Tuhan
sendiri.
Persiapan kita untuk menyambut
kedatangan Tuhan, pertama-tama dan terutama adalah persiapan rohani, yakni
membersihkan hati dan menata hidup kita. Inilah yang oleh St. Yohanes
disampaikan dengan ajakan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis!” (Luk 3:3).
Dalam konteks pada masa itu, pembaptiskan dikaitkan dengan ritus pentahiran.
Melalui baptis, seseorang dibasuh dan dibersihkan dari dosa-dosanya untuk
kemudian membuka lembaran hidup yang baru, yakni hidup sebagai anak-anak Allah.
Dalam konteks kita saat ini, kita semua sudah dibaptis dan sudah menjadi
anak-anak Allah. Namun, kita menyadari bahwa meskipun kita sudah dibasuh dan
dibersihkan dari dosa, kita masih sering melakukan dosa. Meskipun kita sudah
diangkat menjadi anak Allah, sering/kadang kita meninggalkan Allah seperti anak
yang hilang (Luk 15:11-32) atau domba yang tersesat (Luk 15:1-7). Dengan
demikian, ajakan St. Yohanes untuk bertobat ini selalu relevan untuk kita.
Bertobat bukan sekedar kapok untuk
berbuat dosa dan kesalahan, apalagi kalau alasannya hanya karena takut dihukum
Tuhan. Memang, membersihkan diri dari dosa dan berusaha menghindari dosa
merupakan salah satu aspek dari pertobatan. Akan tetapi, aspek terdalam dari
pertobatan adalah berbalik kembali kepada Allah yang telah kita tinggalkan
seperti kembalinya si anak hilang (Luk 15:11-32) dan membiarkan diri ditemukan
oleh Tuhan serta dituntun-Nya kembali ke jalan yang benar seperti domba sesat
yang ditemukan dan dipanggul-Nya untuk disatukan kembali dengan kawanan (Luk
15:1-7).
Usaha pertobatan tersebut dapat kita
lakukan dengan mengikuti ajakan St. Yohanes: “Siapkanlah jalan bagi Tuhan,
luruskanlah jalan bagi-Nya, setiap lembah akan ditimbun, setiap gunung dan
bukit akan diratakan. Yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk
akan diratakan” (Luk 3:4-5). Mengapa sebagai bentuk pertobatan kita harus
menyiapkan jalan bagi Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya? Ya, seperti yang
dinyatakan di atas, bertobat berarti berjalan bersama Tuhan dan membiarkan diri
dibimbing oleh-Nya (Sebaliknya, berdosa berarti berjalan bersama setan dan
membiarkan diri dibimbing oleh setan). Dari pihak Tuhan sudah jelas, Ia telah
membuka jalan bagi kita; Ia telah berkenan mendatangi kita. Sekarang, tinggal
kita-nya. Supaya kita bisa berjumpa dengan Tuhan dan berjalan bersama-Nya, atau
lebih tepat-Nya dibimbing oleh-Nya, kita harus mempersiapkan dan meluruskan
jalan itu. Kalau selama ini jalan kita berliku-liku karena membuat banyak
belokan dan menyimpang dari jalan Tuhan, mari kita luruskan dengan kembali ke
jalan Tuhan. Kalau sikap dan tutur kata kita sering menyakitkan sehingga menjadi batu sandungan bagi orang lain, mari
kita ratakan dengan lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata.
Selain
itu, pertobatan sebagai hidup bersama Tuhan dan membiarkan diri dibimbing oleh
Tuhan, juga tampak dalam sikap dan usaha untuk bertekun megembangkan cinta
kasih, cakap memilih apa yang baik, mengusahakan kekudusan, dan menghasilkan
buah kebenaran (bdk. Fil 1:9-11). Dengan demikian, pertobatan bukan sekedar
perubahan pikiran tetapi menuntut pula usaha yang nyata. Cinta kasih, jelas
tidak cukup hanya dikatakan tetapi harus diwujudkan dalam tindakan memberi dan
rela berkorban seperti yang dilakukan Allah sendiri. “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).
Memilih apa yang baik juga merupakan tindakan konkret.
Kita seringkali berhadapan dengan banyak pilihan yang tidak semuanya baik.
Seringkali pilihan-pilihan yang tidak baik itu justru tampaknya lebih menarik,
menggoda dan menggiurkan. Kalau kita membiarkan diri dibimbing oleh Tuhan,
tentu kita akan memilih hanya yang baik dan mewujudkannya secara nyata di dalam kehidupan
sehari-hari. Usaha untuk selalu memilih dan melakukan yang baik ini akan
membawa kita pada kesucian hidup dan pada akhirnya kita akan menghasilkan dan
menikmati buah kebenaran. Nah, apakah buah dari kebenaran itu? Buah dari
kebenaran adalah damai sejahtera (Bar 5:4).
Semoga,
dengan usaha-usaha pertobatan yang konkret ini, hidup kita menjadi semakin
bersih dan tertata, jalan hidup kita menjadi semakin rata dan lurus sehingga semakin
pantas merayakan Natal. Dengan demikian, Natal yang merupakan peristiwa iman di
mana Tuhan berkenan “menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14)
sungguh-sungguh berbuah dalam kehidupan kita. Kita semakin dekat berjalan bersama Tuhan (bukan bersama setan) dan kita semakin
membiarkan diri dibimbing oleh Tuhan (bukan oleh setan) sehingga mengalami
damai sejahtera. Damai sejehtera dalam relasi dengan sesama sekaligus damai
sejahtera dalam relasi kita dengan Tuhan.
DOA PERMOHONAN :
Dari Ovisi
MEMPERSEMBAHKAN WUJUD TIAP KELOMPOK KE DEPAN/TEMPAT
YANG TELAH DISEDIAKAN
DOA BAPA KAMI :
NO 9
LAGU PENUTUP :
LITANI SANTO YOSEF :
JADWAL REKOLEKSI
KOM.SPM P.MERAH DESEMBER 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar